Senin, 05 Maret 2012

HARTA JADI BAHAGIA ATAU PETAKA ?


Banyak orang yang tergila-gila dengan harta, siang jadi malam malam jadi siang untuk mencari harta. Bahkan demi harta iman digadaikan aqidah dikorbankan itu semua untuk menikmati manisnya kue harta. Harta telah menjadi Tuhan mereka.

Mereka pergi ke tempat-tempat mistis demi gelimang harta, mereka rela menjadi budak syetan, mereka rela menjadi budak siluman. Mereka rela mengorbankan anak istrinya, mengorbankan saudaranya, dan mengorbankan sahabatnya yang ada di alam pikirannya kemewahan duniawi. Mereka ingin menikmati gedung yang megah dan indah, menunggang mobil mewah dan makan  dengan hidangan yang serba enak.

Demi harta seorang istri mendorong suaminya yang bekerja sebagai abdi negara alias PNS untuk menggelapkan uang negara atau korupsi, apalagi kalau suaminya menduduki jabatan yang basah. Gaya hidup konsumtip membuat mereka gelap mata. Soal uang halal atau haram mereka tidak perduli, yang penting mendapat uang sebanyak-banyaknya.

Demi harta  saudara menjadi musuh, musuh menjadi saudara sal mau diajak kerjasama untuk meluluskan keinginannya. Pertalian saudara jadi tidak berarti apa-apa dihadapan mereka yang maniak harta. Anak membunuh ayah dan ibunya, cucu membunuh kakek dan neneknya, pegawai membunuh atasan atau majikannya. Di otaknya hanya ada harta dan harta. Semua cara dihalalkan yang penting mendapat harta yang banyak.

Tetapi benarkah setelah mereka mendapat banyak harta yang diinginkan hidupnya menjadi bahagia ?  Ternyata hidup mereka hampa, hidup mereka tidak nyenyak karena takut harta bendanya di bobol maiing. Karena yang paling ditakutkan orang kaya seperti itu adalah kemiskinan. Karena mereka kaya dengan cara ilegal yang tidak dibenarkan oleh hukum agama maupun hukum negara.  Kadang kekayaannya hanya dinikmati selama beberapa tahun saja, karena keburu ditangkap polisi atau KPK.

Sedang orang yang  mencari kekayaan secara mistis atau memuja syetan/ siluman bin pesugihan, mereka kadang tidak menikmati hartanya seutuhnya, karena biasanya ada pantangan khusus yang harus dihindari. Misalnya tidak bisa makan enak bagi pesugihan ke buta ijo. Jadi apa gunanya kekayaan kalau makan hanya dengan sambal dan kerupuk saja. Akhirnya semua kekayaan mereka hanya jadi petaka belaka, hanya dipandang orang lain sebagai orang kaya. Jadi apa gunanya harta berlimpah kalau kebahagian semakin menjauh. Ternyata kebahagiaan tidak bisa diukur oleh berapa banyak harta seseorang.

Apakah salah menjadi orang kaya ? Tentu saja tidaklah salah, bahkan dianjurkan. Orang kaya lebih baik dari orang miskin, karena orang kaya tangannya selalu di atas dengan membantu orang miskin yang kesusahan. Tetapi kekayaan itu harus diperoleh dengan cara yang halal dan benar, baik secara hukum agama dan hukum negara. Kita hanya sebagai kran untuk menampung kekayaan dan dialirkan kepada orang yang membutuhkan, apakah itu anak istri kita, saudara kita, orang miskin, anak yatim piatu ataupun untuk sarana ibadah dan pendidikan. Jadi caranya benar dan halal serta membelanjakannya dengan cara yang benar pula.

Walaupun cara mendapatkannya benar dan halal, tetapi membelanjakannya tidak dengan cara yang benar, saya yakin kebahagiaan hakiki akan semakin menjauh yang ada hanya kebahagian semu belaka. Misalnya hanya dipergunakan untuk kesenangan pribadi, berpoya-poya tanpa memperdulikan anak istri, tanpa memperdulikan nasib saudaranya, apalagi fakir miskin dan anak yatim piatu. Hidupnya hanya untuk bersenang-senang seolah-olah akan hidup selama-lamanya, mereka berpesta pora di atas penderitaan saudaranya. Sedang agama telah ditanggalkan dihatinya, yang tertera hanya tulisan di KTP, karena di negara tercinta ini orang harus menganut agama tertentu dan tidak dibenarkan atheis atau tidak mempercayai adanya Tuhan.

 Mereka hidup seolah-olah mengejar fatamorgana, semakin dikejar semakin menjauh. Karena hanya mengejar kenikmatan duniawi yang sesaat, padahal hatinya terpuruk ke dalam jurang kehampaan dan kegalauan. Secara tidak sadar mereka telah menyembah harta sebagai Tuhannya.

Harta hanyalah alat untuk menuju kesejahteraan dan kebahagiaan, harta bukanlah Tuhan yang wajib dipuja-puja, harta alat untuk memperat persaudaraan bukan membuat permusuhan, harta alat untuk mencerdaskan bangsa bukan alat pembodohan bangsa. Harta adalah untuk menuju kedamaian bukan membuat peperangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar