Banyak orang yang tergila-gila dengan harta, siang jadi
malam malam jadi siang untuk mencari harta. Bahkan demi harta iman digadaikan
aqidah dikorbankan itu semua untuk menikmati manisnya kue harta. Harta telah
menjadi Tuhan mereka.
Mereka pergi ke tempat-tempat mistis demi gelimang harta,
mereka rela menjadi budak syetan, mereka rela menjadi budak siluman. Mereka
rela mengorbankan anak istrinya, mengorbankan saudaranya, dan mengorbankan
sahabatnya yang ada di alam pikirannya kemewahan duniawi. Mereka ingin
menikmati gedung yang megah dan indah, menunggang mobil mewah dan makan dengan hidangan yang serba enak.
Demi harta seorang istri mendorong suaminya yang bekerja
sebagai abdi negara alias PNS untuk menggelapkan uang negara atau korupsi,
apalagi kalau suaminya menduduki jabatan yang basah. Gaya hidup konsumtip
membuat mereka gelap mata. Soal uang halal atau haram mereka tidak perduli,
yang penting mendapat uang sebanyak-banyaknya.
Demi harta saudara
menjadi musuh, musuh menjadi saudara sal mau diajak kerjasama untuk meluluskan
keinginannya. Pertalian saudara jadi tidak berarti apa-apa dihadapan mereka
yang maniak harta. Anak membunuh ayah dan ibunya, cucu membunuh kakek dan
neneknya, pegawai membunuh atasan atau majikannya. Di otaknya hanya ada harta
dan harta. Semua cara dihalalkan yang penting mendapat harta yang banyak.
Tetapi benarkah setelah mereka mendapat banyak harta yang
diinginkan hidupnya menjadi bahagia ?
Ternyata hidup mereka hampa, hidup mereka tidak nyenyak karena takut
harta bendanya di bobol maiing. Karena yang paling ditakutkan orang kaya
seperti itu adalah kemiskinan. Karena mereka kaya dengan cara ilegal yang tidak
dibenarkan oleh hukum agama maupun hukum negara. Kadang kekayaannya hanya dinikmati selama
beberapa tahun saja, karena keburu ditangkap polisi atau KPK.
Sedang orang yang
mencari kekayaan secara mistis atau memuja syetan/ siluman bin
pesugihan, mereka kadang tidak menikmati hartanya seutuhnya, karena biasanya
ada pantangan khusus yang harus dihindari. Misalnya tidak bisa makan enak bagi
pesugihan ke buta ijo. Jadi apa gunanya kekayaan kalau makan hanya dengan sambal
dan kerupuk saja. Akhirnya semua kekayaan mereka hanya jadi petaka belaka,
hanya dipandang orang lain sebagai orang kaya. Jadi apa gunanya harta berlimpah
kalau kebahagian semakin menjauh. Ternyata kebahagiaan tidak bisa diukur oleh
berapa banyak harta seseorang.
Apakah salah menjadi orang kaya ? Tentu saja tidaklah
salah, bahkan dianjurkan. Orang kaya lebih baik dari orang miskin, karena orang
kaya tangannya selalu di atas dengan membantu orang miskin yang kesusahan.
Tetapi kekayaan itu harus diperoleh dengan cara yang halal dan benar, baik
secara hukum agama dan hukum negara. Kita hanya sebagai kran untuk menampung
kekayaan dan dialirkan kepada orang yang membutuhkan, apakah itu anak istri
kita, saudara kita, orang miskin, anak yatim piatu ataupun untuk sarana ibadah
dan pendidikan. Jadi caranya benar dan halal serta membelanjakannya dengan cara
yang benar pula.
Walaupun cara mendapatkannya benar dan halal, tetapi
membelanjakannya tidak dengan cara yang benar, saya yakin kebahagiaan hakiki
akan semakin menjauh yang ada hanya kebahagian semu belaka. Misalnya hanya
dipergunakan untuk kesenangan pribadi, berpoya-poya tanpa memperdulikan anak
istri, tanpa memperdulikan nasib saudaranya, apalagi fakir miskin dan anak
yatim piatu. Hidupnya hanya untuk bersenang-senang seolah-olah akan hidup
selama-lamanya, mereka berpesta pora di atas penderitaan saudaranya. Sedang
agama telah ditanggalkan dihatinya, yang tertera hanya tulisan di KTP, karena
di negara tercinta ini orang harus menganut agama tertentu dan tidak dibenarkan
atheis atau tidak mempercayai adanya Tuhan.
Mereka hidup seolah-olah mengejar
fatamorgana, semakin dikejar semakin menjauh. Karena hanya mengejar kenikmatan
duniawi yang sesaat, padahal hatinya terpuruk ke dalam jurang kehampaan dan
kegalauan. Secara tidak sadar mereka telah menyembah harta sebagai Tuhannya.
Harta hanyalah alat untuk
menuju kesejahteraan dan kebahagiaan, harta bukanlah Tuhan yang wajib
dipuja-puja, harta alat untuk memperat persaudaraan bukan membuat permusuhan,
harta alat untuk mencerdaskan bangsa bukan alat pembodohan bangsa. Harta adalah
untuk menuju kedamaian bukan membuat peperangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar