Minggu, 27 Mei 2012

Mengatasi Rasa Takut Kehilangan Uang




Uang yang Anda jadikan mimpi untuk kaya bisa membuat takut kehilangannya. Solusi agar berhasil dalam berbisnis atau berinvestasi tanpa perasaan takut kehilangan uang bisa Anda pelajari berikut.

Perbedaan utama antara orang kaya dengan orang miskin adalah cara mereka mengatasi itu.
(Robert T. Kiyosaki)


Keterangan :


Tidak ada seorang pun di dunia ini yang senang akan kehilangan uang,namun juga tidak ada orang kaya yang tidak pernah kehilangan uang. Sebaliknya banyak orang miskin yang tidak pernah kehilangan serupiah pun karena sebenarnya mereka tidak pernah berinvestasi atau berbisnis sama sekali.


Ketakutan akan kehilangan uang adalah Riil. Setiap orang mempunyai rasa takut, bahkan orang kaya pun takut. Bedanya, karena ketakutan tadi, orang miskin berhenti bertindak. Orang kaya, karena ketakutan tadi mereka akan berhati-hati tetapi tetap bertindak.


Solusi mengatasi rasa takut kehilangan uang menurut Robert Kiyosaki adalah jika kamu membenci risiko dan karenanya merasa cemas….mulailah dari dini.


Jika anda mulai saat muda, mudahlah untuk menjadi sangat kaya. Dikatakan oleh Albert Einstein bahwa salah satu keajaiban dunia adalah bunga-berbunga. Pembelian Pulau Manhattan dikatakan menjadi salah satu transaksi terbesar sepanjang masa. New York dibeli seharga 24 dollar dengan perhiasan dan manik-manik. Namun, jika 24 dollar itu diinvestasikan, dengan bunga 8% per tahun, 24 dollar itu akan bernilai lebih dari 28 trilyun dollar pada tahun 1995.


Menurut saya pribadi, bagaimana kita bisa menjadi berani melangkah dengan kemungkinan berhasil yang lebih tinggi adalah :


1. Memahami beda risiko dengan berisiko.
2. Dengan mengajukan pertanyaan yang benar.


Bila kita mengajukan pertanyaan yang salah seperti ini :


- “Nanti jangan-jangan bangkrut?”
- “Kalau rugi bagaimana?”
- “Kalo gagal bagaimana?”


Pertanyaan ini tidak adil, kenapa? Karena semua mungkin bangkrut, mungkin gagal, mungkin rugi. Dengan pertanyaan seperti ini orang akan takut.

Pertanyaan yang benar :


- “Ruginya apa bila saya tidak bertindak sekarang?”
- “Untungnya apa bila saya bertindak sekarang?”


Karena otak kita hanya mencari nikmat atau menghindari sengsara. Maka dengan pertanyaan seperti itu otak kita jadi tahu kenikmatan apa jika kita berani bertindak dan kesengsaraan apa jika kita tidak bertindak.


Tapi kita tidak boleh naïf hanya berani saja dan asal bertindak sedemikian sehingga kemungkinan bangkrutnya besar. Untuk membantu memperbesar kemungkinan berhasilnya kita harus membuat pertanyaan sebagai berikut :


- “Siapa yang sudah berhasil dibidang yang kita inginkan?”
- “Bagaimana saya bisa bekerja/magang untuk belajar kepada yang bersangkutan?”
- “Kapan saya akan belajar?”
- “Apa yang harus saya pelajari atau saya ketahui atau harus bekerja sama kepada siapa untuk memperbesar kemungkinan berhasilnya?


Semoga bermanfaat,


Tung Desem Waringin

Rabu, 16 Mei 2012

Keyakinan Orang Kaya


Untuk menjadi kaya, dibutuhkan keyakinan positif tentang uang. Cara mudah merubah dan menyusun keyakinan bisa Anda tempuh saat ini juga.

Berikut adalah apa yang dikatakan Robert Kiyosaki kepada Saya,
Ayah miskin saya mengatakan, “Cinta akan uang adalah akar dari segala kejahatan.”
Ayah kaya saya mengatakan, “Kekurangan uang adalah akar dari segala kejahatan.”


Otak manusia secara mendasar hanya mencari nikmat menghindari sengsara. Apabila sesuatu hal dikaitkan kesengsaraan maka kita akan jauhi, apabila sesuatu hal dikaitkan dengan kenikmatan akan kita dekati, apabila campur baur satu hal yang sama antara kenikmatan dan kesengsaraan maka otak kita jadi bingung atau netral.


Seperti besi atau magnet, apabila keyakinan bercampur baur kutub positif dan negatifnya terhadap sesuatu hal maka akan menjadi besi. Ketika kita yakin bulat bahwa kaya positif miskin negatif maka kita akan menjadi magnet.


Pada kenyataannya banyak orang tidak pernah menyusun keyakinannya secara sadar dari lahir sampai mati. Dan bila kita tidak menyusun sendiri secara sadar keyakinan yang kita perlukan untuk menjadi kaya seperti kita terjajah tanpa sadar oleh kata-kata “Uang adalah akar dari segala kejahatan” maka tanpa sadar pula kita tidak menjadi kaya karena kita tidak ingin menjadi jahat.


Mestinya saran saya, mari kita susun ulang lagi keyakinan kita atau susunan kata kita tentang uang ataupun tentang kaya. Kita harus bulat bahwa kaya dan banyak uang baik adanya. Contoh merubah keyakinan :


·         Saya harus bekerja keras untuk menjadi kaya, diubah menjadi
Saya harus kerja cerdas untuk menjadi kaya


·         Cari kerja itu susah, diubah mencadi cari kerja itu mudah jika tahu caranya

·         Orang kaya itu jahat, diubah menjadi saya akan menjadi orang kaya yang baik, dermawan dan berguna bagi banyak orang

·         Saya butuh modal besar untuk usaha besar, diubah menjadi itu bohong, saya melihat, mendengar banyak cerita orang dengan modal 0, bahkan minus sekarang punya usaha besar

·         dan masih banyak lagi

Sudahkah Anda susun sendiri keyakinan-keyakinan Anda yang sangat diperlukan untuk menjadi kaya?
Semoga bermanfaat,


Tung Desem Waringin

Selasa, 01 Mei 2012

Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Indonesia


Mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini sungguh mengkhawatirkan, bahkan di tingkat Asia Tenggara saja kita tak mampu bersaing kita termasuk terendah dari  7 negara di Asia Tenggara, bahkan mutu Pendidikannya di bawah Malasyia bahkan Vietnam yang merdeka baru beberapa tahun.

Padahal dulunya Malasyia belajar dari kita untuk meningkatkan mutu pendidikan di negaranya, tetapi sekarang jauh meninggalkan kita, sungguh ironi dan tamparan yang cukup menyakitkan. Menurut penelitian pada tahun 2005 Indonesia menempati ranking 10 dari 14 negara berkembang di Asia Fasifik. Thailand yang dilanda krisis justru menenpati ranking pertama kemudian disusul Malaysia, Sri Langka, Filipina, Cina, Vietnam, Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, Nepal, Papua Nugini, Kep. Solomon, dan Pakistan. Indonesia mendapat nilai 42 dari 100 dan memiliki rata-rata E. Untuk aspek penyediaan pendidikan dasar lengkap, Indonesia mendapat nilai C dan menduduki peringkat ke 7. Pada aspek aksi negara, RI memperoleh huruf mutu F pada peringkat ke 11. Sedangkan aspek kualitas input/pengajar, RI diberi nilai E dan menduduki peringkat paling buncit alias ke 14. Indonesia hanya bagus pada aspek kesetaraan jender B dan kesetaraan keseluruhan yang mendapat nilai B serta mendapat peringkat 6 dan 4. “Sangat ironis karena Thailand yang mengalami krisis bisa menempatkan diri menjadi rangking satu,” ujar aktivis LSM Education Network for Justice (E-Net), M Firdaus, saat menjadi pembicara dalam seminar pendidikan mengenai laporan ini di Gedung YTKI, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Selatan, Rabu (29/6/2005).

Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di negara kita adalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kualitas pendidik atau pengajar. Pendidik seharusnya seharusnya harus mempunyai motivasi untuk memperbaharui keilmuannya dengan lebih banyak membaca dari media tulis maupun dari media elektronik. Maka tidak heran bila guru senior ilmunya ketinggalan oleh guru muda atau guru yang lebih muda, baik usianya maupun pengalaman kerjanya. Jadi bagaiman kulitas pendidikan akan meningkat bila gurunya enggan membaca.

2. Kurangnya sarana dan prasarana belajar. Guru sebagai pendidik dituntut harus selalu menggunakan alat peraga untuk setiap melaksanakan KBM. Mungkin bisa diatasi dengan membuat alat peraga sederhana, tapi tidak semua guru bisa membuat alat peraga. Jadi alangkah baiknya bila pemerintah yang menyediakan alat peraga semua mata pelajaran berikut petunjuk pemakaiannya. Juga terbatasnya buku sumber dan buku penunjang pembelajaran baik bagi siswa maupun bagi guru turut andil dalam rendahnya mutu pendidikan.

3. Kurang relevannya kurikulum yang dibuat pemerintah khususnya untuk daerah terpencil atau daerah pedesaan. Karena biasanya sebelum kurikulum itu diberlakukan diuji cobanya selalu di daerah perkotaan saja, tidak pernah di uji coba di daerah terpencil atau di pedesaan. Seharusnya kurikulum itu diuji coba juga di pedesaan terpencil selain di perkotaan sebagai pembanding. Baru dianalisis kelebihan dan kekurangannya.

4. Kurang pedulinya pihak orang tua siswa terhadap pendidikan anaknya khususnya di daerah pedesaan. Seharusnya orang tua siswa sepenuhnya membebankan pendidikan anaknya terhadap guru, karena guru mendidik anak hanya sekitar 5 – 7 jam di sekolah. Orang tua siswa harus memperhatikan anaknya di rumah, tanyakan apakah ada PR tidak ?  Kalau ada PR suruh dikerjakan bila perlu dan bisa alangkah baiknya bila orang tua membimbing anaknya dalam membuat PR. Bila tidak ada PR tetap anak disuruh belajar walau besoknya tidak ada ulangan atau tes formatip maupun sumatif.

5. Siswa kurang motivasi dalam belajar, bila hal ini terjadi ini adalah tugas bersama  yaitu guru dan orang tua untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajaran. Beri pengertian dengan bahasa sederhana dan komunikatif pentingnya belajar untuk bekal hidup dan masa depan sebagai jembatan untuk menuju cita-cita.

6. Dampak buruk dari alat elektronik seperti televisi dan Play Station atau game. Seharusnya televisi mempunyai dampak positip terhadap ilmu pengetahuan. Tetapi kebanyakan anak bahkan orang tua kurang senang menonton berita, mereka lebih senang menonton sinetron atau acara gosip. Seharusnya anak dibimbing dan dibatasi waktunya menonton televisi. Anak juga jangan sampai kecanduan bermain game hingga lupa pada tugasnya untuk belajar, main game juga perlu dibatasi waktunya misalnya hanya pada hari libur saja dengan durasi waktu maksimal 2 jam.

Itulah penyebab rendahnya mutu pendidikan yang saya ketahui, semoga semua pihak sadar karena pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru sebagai wakil pemerintah tetapi tanggung jawab bersama yaitu orang tua siswa, masyarakat dan guru. Mari kita introspeksi diri untuk melangkah meningkatkan mutu pendidikan Indonesia yang sedang terpuruk. Pada gilirannya pendidikan Indonesia dapat berbicara di tingkat Asia Tenggara, Asia, bahkan dunia. Semoga!